Adat istiadat Minangkabau: Adat belingkaran, pusaka berkehiliran, ayam gedang seekor selesung, ....

Iklan

Mitos Turunnya Raja Minangkabau

Selasa, 16 September 2014, 18.29 WIB Last Updated 2019-04-10T10:02:08Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
Tambo Minangkabau | Kita tidak mengerti bagaimana hubungannya dengan Minangkabau tetapi Iskandar Zulkarnain atau Alexander de Grote memang ada, yaitu Raja dari Masedonia yang hidup antara tahun 356 dan 323 sebelum masehi. Ia adalah murid dari Aristoteles seorang ahli filsafat Yunani termasyhur (hidup antara tahun 384 dan 322 sebelum masehi). Aristoteles sendiri murid dari Plato seorang ahli filsafat yang termasyhur pula dalam sejarah dunia. Plato hidup antara tahun 427 dan 347 sebelum masehi dan murid pula dari Socrates yang terkenal dalam sejarah dihukum mati dengan meminum racun oleh raja karena keyakinannya. Aristoteles yang kemudian mendirikan Akademi di kota Athena Yunani.

Alexander de Grote atau Iskandar Zulkarnain yang menyerbu kesebelah timur dan menaklukkan seluruh daratan Asia kecil, Mesir, Persia sampai ke daratan ditepi sungai Indus.

Maka suatu kali raja Iskandar menjalani daerah-daerahnya yang amat luas itu maka rakyat disuatu daerah mengadu kepada raja itu karena takut dibinasakan oleh dajjal. Maka raja Iskandar membuat parit pembatas dengan dajjal itu. Dan dajjal ditawan oleg baginda dikurung dalam sebuah gua dibukit Qaf dan gua itu diberi pintu yang amat kuat terbuat dari besi dan tembaga.

Dalam kitab suci Al Quran juga kita temui tentang kisah Iskandar Zulkarnain dalam surat Al Kahf ayat 83 - 98.
83. Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”.
84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
85. maka dia pun menempuh suatu jalan.
86. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka”.
87. Berkata Zulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.
88. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”.
89. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).
90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,
91. demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
92. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
93. Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
94. Mereka berkata: “Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Makjuj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
95. Zulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
96. “berilah aku potongan-potongan besi” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu”.
97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
98. Zulkarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”.

Dalam ayat-ayat itu Tuhan sudah meriwayatkan tiga kali perjalanan Iskandar. Pertama ketepi lautan yang matahari terbenam dilautan yang hitam. Mungkin perjalanan ini ialah kesepanjang pesisir laut hitam didaerah Armenia. Kemudian dalam perjalanan yang kedua raja itu bertemu dengan satu bangsa yang belum berpakaian. Dan dalam perjalanan yang ketiga bertemu dengan Ya Juj dan Ma Juj yaitu yang dimaksud dajjal dalam cerita pertama diatas tadi. Dinding besi bercampur tembaga itu menurut setengah penyelidikan letaknya dekat kota Derbend di pegunungan Kaukasus. Dizam dahulu kota itu bernama: Babul Hadid (pintu besi)

Kemudian cerita mitos itu melanjutkan:
Hatta, - adalah seorang puteri yang sangat cantik, puteri seorang penguasa dinegeri Ruhum itu. Iskandar tertarik melihat kecantikan puteri itu dan dilamarnya kepada ayahnya dan kawinlah baginda dengan puteri itu. Dan baginda bertahta dalam kerajaan itu dihormati dan dimuliakan rakyat menurut patutnya. Dan diturunkan dari sorga seekor burung yang teramat ajaib sebangsa bayan yang pandai berkata-kata dan arif bijaksana, tahu menghukum dalam gaib.

Dengan puteri itu Iskandar mendapat tiga orang putera. Seorang dinamakan: Sultan Maharaja Alif, seorang bernama Sultan Maharaja Depang, dan seorang lagi bernama Sultan Maharaja Diraja. Dan ketiga-tiganya dewasa baginda Iskandar berwasiat kepada ketiga puteranya sambil menunjuk-nunjuk seakan-akan memberitahukan kearah itulah mereka nanti harus berangkat akan melanjutkan kekuasaannya.

Kepada maharaja Depang ditunjuk arah kenegeri Cina. Dan kepada putera yang bungsu yakni Maharaja Diraja arah kepulauan didaerah Khatulistiwa disebelah selatan.

Setelah Raja Iskandar wafat masing-masing putera iru berangkat menuju daerah yang sudah ditunjukkan oleh almarhum ayahnya. Maka dibuatlah persiapan-persiapan dan berlayarlah ketiga anak raja itu. Maharaja Diraja membawa mahkota yang bernama "mahkota sanggahana" itu. Sultan Maharaja Depang membawa semacam senjata yang bernama "jurpa tujuh menggangkanai sumbing seratus tiga puluh namanya". Dan Sultan Maharaja Alif membawa senjata keris bernama "keris sempama ganja iris" dan lela yang tiga pucuk, sepucuk jatuh kebumi dan sepucuk kembali kepada asalnya jadi mestika dan geliga dan sebuah pedang yang bernama Sabilullah.

Maka berlayarlah bahtera yang membawa ketiga orang putera itu menuju ke timur, menuju pulau Lankapuri. Dan setiba ditengah lautan baharullah dekat pulau Sailan timbulah niat buruk dihati anak raja yang berdua. Maharaja Depang dan Maharaja Alif meminta supaya mereka membawa mahkota Sanggahana itu. Dan kalau Maharaja Diraja tidak mau memberikannya maka kapal itu akan ditenggelamkan. Jadi hampir sama dengan pembajak-pembajak pada zaman kita sekarang.

Karena takut Maharaja Diraja menyerahkan mahkota itu kepada kedua abangnya. Tetapi sial ketika menerima mahkota itu terjatuhlah mahkota itu kedalam laut, dan jatuh keatas setumpak karang dalam laut itu. Seekor naga besar datang lalu membelit mahkota itu dan bertindak sekali menjadi pengawal mahkota kesaktian itu. Melihat peristiwa itu ketiga anak raja menjadi pinsan dan roboh.

Maka bangkitlah seorang pengiring Sultan Maharaja Diraja bernama "Cateri Bilang pandai" maka dibangunkannya Sultan Maharaja Diraja. Dengan isyarat diberitahukannya kepada raja itu bahwa raja tak usah merasa kecewa dengan kehilangan mahkotaitu sebab dia akan menciptakan duplikat dari mahkota yang hilang itu. Cateri Bilang pandai bergelar juga: "tukang sibak ulai" namanya. Diambilnya sebongkah emas yang bernama "emas sejati jati". Lalu bekerjalah dia membuat tiruan mahkota itu. Dengan sebuah teropong, cermin polongan kaca dilihatnya mahkota yang sudah berada dalam laut itu. Adapun mahkota itu terselip dibatu karang dan cahayanya mencar-mancar juga. Dengan keahlian Cateri Bilang Pandai diciptakannya sebuah mahkota yang persis sama dengan mahkota yang jatuh kelaut itu sehingga tak bersalahan lagi bentuk dan mutunya dari mahkota senggahana yang hilang itu. Mahkota sudah tukang dibunuh sehingga tak dapat ditiru lagi. Dan itulah keahlian bertukang emas dan perak. Baginda sangat heran melihatnya tetapi sangat bersuka cita. Sekalipun mahkota itu hanya tiruan dari yang asli. Dan ketiga putera itu berpisahlah disana. Maharaja Depang terus kenegeri cina dan Maharaja Alif kembali kenegeri Rum. Dia mempunyai kesaktian yang bernama "emas tukal tapawi".

Menurut Tambo Minangkabau Adapun Maharaja Diraja ters pula berlayar menuju ketenggara menuju sebuah pulau yang bernama Jawa Alkibri. Kemudian nama ini berubah menjadi Sumatera atau pulau Andalas. Antara pengiringnya terdapat seekor anjing muklim, seekor kucing Siam, seekor kambing hutan dan seekor harimau. Binatang-binatang ini sebenarnya bukanlah binatang tetapi adalah manusia juga yang mempunyai nama dan sifat sesuai dengan jenis-jenis binatang itu. Dan kapal yang membawa raja iru terbuat dari kayu jati yang bernama "kayu jati herang cendana".

Beberapa lamanya berlayar kelihatanlah sebuah puncak gunung yaitu puncak gunung Merapi. Ketika itu daratan belum luas sebahagian masih diliputi oleh lautan. Maka ditujukan bahtera kesana dan mendarat didekat puncak gunung itu. Tetapi ketika mendarat itu terbentur kapal kepada daratan sehingga mendapat kerusakan. Raja memerintahkan supaya memperbaiki kapal itu dengan sayembara: Barang siapa yang sanggup memperbaikinya sehingga utuh kembali sebagai sediakala mereka akan dikawinkan dengan anaknya nanti. Kebetulan pengiring dengan nama-nama binatang itulah yang sanggup memperbaiki kapal yang rusak.

Dengan takdir Allah baginda kemudiannya beroleh lima orang puteri. Setelah kelimanya besar empat orang dikawinkan dengan empat orang ahli yang sudah memperbaiki kapal itu sahulu sebagai memenuhi perjanjian raja.

Dalam pada itu laut sudah menyentak surut juga. Dibawah kaki gunung Merapi sudah terbentang sebuah dataran yang amat luas. Dengan kekuasaan Tuhan datanglah awan putih empai jurai yang bertiup ke daerah-daerah yang sudah luas itu. Sejurai merunduk ke luhak Agam, sejurai ke luhak Tanah Datar, sejurai ke luhak Lima Puluh Kota dan yang sejurai lagi ke Candung Lasi. Itulah sebagai simbolik bahwa kesanalah puteri-puteri raja yang sudah dikawinkan itu akan bertempat tinggal dan berkembang biak disana. Yang turun ke luhak Tanah Datar adalah putera Yang Dipertuan sendiri, yang keluhak Agam yang bersemboyan anak harimau, yang ke Lima Puluh Kota bersemboyan anak kambing, dan ke Candung Lasi ialah anak kucing.

Daulat yang pertama-tama ialah daulat kepada Lakandibida namanya. Itulah kemudian hari yang ditempati oleh ninik mamak yang berdua Ketemenggungan dan Perpatih nan Sebatang. Mereka semua bersumpah sakti, berjanji erat akan bekerja sama dalam pembangunan negeri-negeri. Seorang yang bernama Ninik Ali namanya dipakai pula untuk bekerja dan orang ini tahu berhubungan dengan jin-jin dan orang halus. Dan ia sudah bersumpah sakti: dimana beragih hutan tinggi, rendah kayu rembayan, lurus larik rembayan semak dan gurun, disanalah Yang Dipertuan bertempat tinggal.

Dalam pada itu tahun demi tahun, habis musim berganti musim, manusia makin berkembang juga didaerah yang baru didiami itu. Dan itulah kemudiannya yang akan bernama: Alam Minangkabau
[H. Datoek Toeah]


Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+