masukkan script iklan disini
Tambo Minangkabau | Tetapi pada hakekatnya ketiga ninik mamak itu berusaha meluaskan daerah
tempat tinggal rakyat mereka yang sudah berkembang biak. Kampung demi
kampung sudah berdiri. Koto demi koto dibangun terus. Ketiga ninik mamak
itu mupakatlah memohon kebesaran dan kemulian dalam negeri. Cupak
dikukur, gantang dibilai, lembaga dituang, pakaian dikenakan, dan setiap
negeri dibangun penghulu-penghulu yang akan jadi pemimpin dan sebagai
wakil Yang Dipertuan. Ada mereka yang berempat sekoto, berlima,
bertujuh, delapan, dan sebagainya sesuai dengan banyak mereka.
Penghulu-penghulu itu dibangun dengan sepakat penduduk dalam negeri baik
laki-laki atau perempuan.
Didirikan lembaga dalam negeri dan barang siapa yang dikhalifah atau penghulu haruslah ia mengisi baik kepada laki-laki ataupun perempuan. Dan menjadi umumlah dalam kata pepatah adat: kuah dikacau, daging dilapah. Artinya penghulu yang didirikan itu harus menjamu seisi negeri dengan menyembelih kerbau. Dan tentu banyak pula syarat dan rukunnya menjadi penghulu itu sebab ia akan menjadi seorang pemimpin. Dan pedoman yang dipergunakan ialah kalimah dalam kitab suci: "Ikutlah oleh kamu Allah dan Rasul dan orang yang mempunyai pekerjaan dari pada kamu".
Demikian pula raja-raja dan segala penghulu yang berwibawa mempunyai syarat-syarat tertentu untuk memenuhi undang-undang sembilan pucuk sebagai undang-undang dasarnya.
Dan mulailah bertambah luas daerah kediaman yang kemudian akan bernama: Alam Minangkabau itu. Maka Penghulu-penghulu yang akan memegang pimpinan dalam negeri itu dengan watak dan sepak terjangnya dibagi kepada empat jenis:
Pengalah ialah penghulu yang jika benar sekalipun disalahkannya juga.
Pengaluh ialah mengikut kata orang saja
Pengalar ialah penghulu yang tidak takut menyalahi janji sesama kaum Islam
Jadi penghulu yang sebenar penghulu ialah yang kuat memegang hadis dan dalil, yang menyuruh orang berbuat baik, dan melarang berbuat jahat. Wajib baginya menguat dan mengeraskan ketentuan ini dan wajiblah ia membuat sukatan yang betul tahil yang bersamaan dalam negeri dan ditempat kediamannya.
[H. Datoek Toeah]
Didirikan lembaga dalam negeri dan barang siapa yang dikhalifah atau penghulu haruslah ia mengisi baik kepada laki-laki ataupun perempuan. Dan menjadi umumlah dalam kata pepatah adat: kuah dikacau, daging dilapah. Artinya penghulu yang didirikan itu harus menjamu seisi negeri dengan menyembelih kerbau. Dan tentu banyak pula syarat dan rukunnya menjadi penghulu itu sebab ia akan menjadi seorang pemimpin. Dan pedoman yang dipergunakan ialah kalimah dalam kitab suci: "Ikutlah oleh kamu Allah dan Rasul dan orang yang mempunyai pekerjaan dari pada kamu".
Demikian pula raja-raja dan segala penghulu yang berwibawa mempunyai syarat-syarat tertentu untuk memenuhi undang-undang sembilan pucuk sebagai undang-undang dasarnya.
Dan mulailah bertambah luas daerah kediaman yang kemudian akan bernama: Alam Minangkabau itu. Maka Penghulu-penghulu yang akan memegang pimpinan dalam negeri itu dengan watak dan sepak terjangnya dibagi kepada empat jenis:
- Penghulu
- Pengalah
- Pengaluh
- Pengalar
Pengalah ialah penghulu yang jika benar sekalipun disalahkannya juga.
Pengaluh ialah mengikut kata orang saja
Pengalar ialah penghulu yang tidak takut menyalahi janji sesama kaum Islam
Jadi penghulu yang sebenar penghulu ialah yang kuat memegang hadis dan dalil, yang menyuruh orang berbuat baik, dan melarang berbuat jahat. Wajib baginya menguat dan mengeraskan ketentuan ini dan wajiblah ia membuat sukatan yang betul tahil yang bersamaan dalam negeri dan ditempat kediamannya.
[H. Datoek Toeah]